Jumat, 09 Desember 2016

Filled Under: , , ,

Agama Baru

Ilustrasi, mencari yang baru, search image here.

"Berlutut!" kata Mia mengulangi disertai pandangan merobek jantung. "Berlutut dan meminta maaf di sana. Dengan begitu aku akan mengampunimu."
-
Mendapat tekanan besar, ditatap lurus seperti itu Mersi bergeming. 
-
"Kenapa? Kau merasa harga dirimu jatuh? Baiklah, kalau begitu aku akan membawa kasus ini ke pengadilan." 
Mersi menggigit bibir bawah, matanya memanas, perlahan ia menekuk kaki. Buku-buku jari miliknya terasa kebas, kemudian menjalar ke seluruh tubuh."
-
Mia memasang senyum kemenangan.
-
"Maafkan a--" Sebelum selesai Mersi berkata, pintu ruangan serbaputih itu terbuka. Disusul laki-laki gagah yang berseru protes. 
-
Ditariknya lengan Mersi cekatan menuju balik dinding. 
-
"Berlutut dan meminta maaf seperti itu. Ish! Benar-benar tak punya harga diri," sambar si pemuda geram.
-
"Kau pikir aku senang hati melakukan? Aku juga merasa marah dan teraniaya. Punya hak apa orang seperti dia memandang rendah diriku. Orang yang sejak lahir di tangannya sudah ada sendok emas tak kan tahu arti berjuang mati-matian demi bertahan hidup. Orang seperti dia yang bahkan jajan perbulannya lebih besar dibanding gajiku selama dua tahun tak kan pernah tahu makna pengorbanan." 
-
Mersi balas berteriak kalap. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Jika Mia lapor polisi, orang miskin sepertinya akan berakhir di jeruji besi.
-
"Apa salahku? Apa menjadi miskin itu dosa?"
-
"Tentu saja. Pada akhirnya orang-orang miskin akan terus ditindas. Karena satu-satunya Tuhan yang dapat dilihat adalah ini," Brad menjawab datar, berbisik. Sebelah tangannya mengangkat amplop cokelat tebal.

Ditulis oleh, GM Saivul.

*Tulisan ini diikut sertakan dalam #Event_Juang1 #FiksiMini (Kontes menulis khusus bagi peserta AMJ)

0 komentar:

Posting Komentar