Rabu, 14 Desember 2016

Filled Under: , ,

Matahari


Matahari tersenyum di tengah jarum jam pukul dua belas. Keringat di musim panas itu mulai mengalir deras di sekujur tubuhnya. Kakinya yang kuat menapaki jalan dengan gendongan yang membulat dipunggungnya. Nenek tua itu tampak kelelahan. di bawah pohon jambu yang rindang Ia beristirahat. Wajahnya nampak pucat. Ia meneguk air minum dari botol yang mirip Aqua. Sampai langit berwarna kuning kemerahan, barulah Ia melanjutkan perjalanannya.

Tubuhnya yang kuat terlihat sedikit membungkuk akibat gendongan baju yang cukup berat. Demi sesuap nasi dan cucu kesayangannya. Ia tersenyum menikmati kehidupannya. Baginya matahari adalah sahabat lamanya. 

Adzan maghrib berkumandang, memanggil jiwa-jiwa yang kosong, letih dan merindukan Tuhannya. Di rumah gubuk tua itu ia bertahan hidup. Roti khas pedesaan menemaninya dengan secangkir kopi hitam kesukaannya. Ia pandangi wajah polos sang cucu yang tidur disampingnya. Ia merunduk sedih teringat kedua orangtuanya yang jauh lebih dulu meninggalkannya. Kini, Air matanya mengalir deras. Ia pun ikut terlelap dalam balutan sang malam dan bintang-bintang.


Ditulis oleh: Desi Astut Salsabila

*Tulisan ini diikutkan dalam #Event_Juang1 #FiksiMini (Kontes menulis khusus bagi peserta AMJ)

0 komentar:

Posting Komentar