Rabu, 09 November 2016

Filled Under:

Sebuah Kisah Tentang Sapu Terbang


Mitos Sapu Terbang
Oleh : Alvi Zahra Al-Alvia
Google.com

Kalian percaya sapu bisa terbang? Di desaku masih banyak yang memercayainya. Hal ini bermula sejak kejadian berpuluh-puluh tahun lalu. Saat itu matahari masih malu menunjukkan wajahnya. Yang tampak hanya separuh, tetapi ada seorang gadis muda berani melihat benda bulat itu tanpa takut. Tidak hanya saja melihatnya, gadis itu juga tengah membawa sapu ijuk di tangan kirinya. Yah, dia ingin menyapu halaman rumah. Halaman yang hanya berisi tanaman cabai dan tomat. 



Keluarga gadis itu tidak suka menanam bunga, padahal sebenarnya si gadis amat sangat menyukai bunga. Menurut keluarganya tanaman cabai dan tomat lebih diperlukan  dan bisa untuk menambah penghasilan.

“Nyapu, nyapu ... mari nyapu. Marilah menyapu bersamaku ... siapa yang mau ... u ... u ...,” senandung gadis itu sambil menarikan sapu ijuknya ke tanah.
“Retno ... kalau nyapu yang bersih! Jangan nyanyi terus. Lihat! Masih banyak daun-daun berceceran!” teriak ibu Retno dari balik punggung.
“Iya, Buk, ini masih nyapu,” jawab Retno datar.
“Jangan iya iya saja, nanti suamimu brewokan, jelek, baru tahu rasa!" bentak sang ibu sambil berlalu ke dalam rumah.
Lima belas menit berlalu, Retno masih berkutat di halaman bersama sapunya. Berkali-kali disapu tetapi terus saja ada daun yang jatuh. Retno sebal. Setengah hatinya ingin berhenti menyapu. Setengah hatinya lagi takut kalau hasil sapuannya tidak bersih, maka suaminya akan berewokan seperti yang selalu ia dengar dari ibunya. Retno tak ingin punya suami berewokan.
Retno asli keturunan Jawa. Nenek moyangnya lahir, hidup, dan mati di sini. Ada banyak mitos yang diyakini oleh masyarakat. Termasuk soal jodoh, ia adalah refleksi dari hasil bersih-bersih. Di tengah rasa sebalnya, ia mencoba menaiki sapu miliknya. Kakinya melangkah seperti sedang menunggang kuda. Hanya saja ia sedang menunggang sapu. 


"Terbanglah! Terbanglah wahai sapu. Bawa aku ke tempat yang jauh. Aku bosan di sini mendengar omelan ibu setiap hari. Bawa diriku ke tempat yang banyak bebungaan. Terbanglaah!" ucap Retno berulang-ulang.

"Retno! Ngapain kamu?" Seseorang menyapanya dari belakang. Membuat kaget perasaannya. 
Hening.
“Bapak Ibumu ada Ret?” tanyanya lagi.
“Ada, silakan masuk.”
Selama sekitar satu jam ketiga tamu itu baru pulang. Sedangkan Retno merenung di kamarnya dengan pipi merah serta cahaya mata yang berkilat. Retno masih tidak percaya sepagi ini ada yang datang untuk melamarnya. Apalagi itu teman sekolah yang dulu sangat populer. Baru pulang dari rantau.
Pria itu bertubuh atletis, tidak brewokan seperti yang ibu katakan tempo hari. Perasaan Retno melayang. Ia sedang jatuh cinta.


Jepara, 9-11-16

2 komentar:

  1. Mitos adalah harta karun seorang penulis. Alvi sudah berhasil menemukan dan meramu sebuah mitos ke dalam karangan berbentuk cerpen dengan komposisi yang pas. Selamat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Give me amplop mas kartikaπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Hapus