Senin, 17 April 2017

Filled Under: , , , , , , , ,

Arti Perjuangan



Oleh : Rif‘ati Ihsan

Aku mulai berjalan mendekati papan pengumuman di lorong gedung. Aku berusaha mengendap-endap di kerumunan orang. Aku mulai mencari namaku dari satu kolom ke kolom lain. Alhasil, namaku tidak tercantum di papan pengumuman. Tubuhku mendadak terasa lemas, tulang kaki seakan lunglai. Aku shock
dan kacau, bagaimana tidak? Aku sudah berkorban banyak agar bisa mengikuti audisi menyanyi ini. Mulai dari aku tidak mendapat izin dari abah, sampai persoalan biaya untuk menunjang penampilanku saat audisi berlangsung. Aku sadar bila persiapanku kurang matang dan tidak serius setiap latihan vocal sehingga aku gagal. Andai waktu bisa kuputar, aku berjanji akan berlatih dengan bersungguh-sungguh, namun nasi sudah menjadi bubur. Semua sudah terjadi. Aku hanya bisa menyesalinya. Sekarang, aku mulai dilanda rasa takut yang teramat dalam.  

            Apa yang aku sampaikan pada Ambo dan Abah di rumah? Aku takut mereka kecewa, pikirku dalam lamunan. Aku bahkan bimbang untuk menyelesaikan masalah ini. Apakah aku tetap pulang ke rumah atau sejenak menginap di rumah teman, aku takut Ambo dan Abah mencariku. Akhirnya kuberanikan diri pulang. Dari kejauhan, terlihat mereka tengah menunggu. Aku mencoba menenangkan pikiranku dan terlihat tetap santai. 

            “Bagaimana, Nak. Kamu lolos audisi tidak?” ucap Ambo tidak sabar.

            “Maaf, Ambo, Abah. Aku tidak lolos audisi menyanyi, Ambu” ucapku menahan air mata.

            “Tidak apa, Nak, tahun depan kita coba lagi” ucap Ambo menenangkanku. Tanpa merespons Abah pergi meninggalkanku dan Ambo yang masih berada di teras depan rumah. 

            “Maafkan aku, Ambo. Aku sudah mengecewakan kalian. Sampai Ambo dan Abah rela cari pinjaman untuk modal beli make up dan baju bagus untuk audisiku.”

            “Tidak apa, yang penting kamu sudah mencoba. Mungkin memang belum rezekimu. Tetap semangat dan berlatih lagi. Bukankah kamu ingin menjadi penyanyi terkenal, kan?”

            “Iya, Ambo, aku ingin menjadi penyanyi.”

            “Kamu harus optimis dan kamu harus giat berlatih. Ambo selalu doakan kamu bisa menjadi penyanyi sungguhan.”

            “Terima kasih, Ambo.”
                                                                        ***
            Hari demi hari telah berlalu, setiap hari aku berlatih dengan bersungguh-sungguh. Aku juga masih bekerja untuk membantu meringankan beban orangtuaku dan menabung untuk audisi tahun depan. 

            Setahun telah berlalu. Saat audisi tiba, tahap demi tahap aku mulai lolos. Sampai menyisihkan 5 besar. Aku harus mengikuti karantina dan meninggalkan Ambo dan Abah di rumah. Aku semakin sering berlatih dan berdoa.  Sampai pada akhirnya menyisahkan 3 besar. Di detik-detik babak final aku berjuang keras untuk bisa menjadi juara dan membuat Ambo dan Abah bangga. Aku ingin menjadi penyanyi karena menyanyi adalah impianku sejak kecil. Saat malam penentuan pemenang tiba, tak disangka  aku menang juara pertama. Namaku mendadak menjadi terkenal. Aku mendapat hadiah uang, piagam, dan berbagai hadiah lainnya. Tentunya hadiah itu aku persembahkan kepada Ambo dan Abah yang selalu mendoakanku. Sekarang aku sering mendapat job menyanyi dimana-mana. Bahkan, aku sudah terikat kontrak dengan salah satu cafe yang terkenal  di daerahku. Ini berkat kerja kerasku selama ini, dan doa dari orangtuaku. Meski sempat gagal setahun tapi aku tidak patah semangat dan hilang harapan. Karena aku percaya orang yang hebat justru terlahir dari sebuah kegagalan, tapi mereka selalu bangkit dan pantang menyerah untuk meraih impianya.


Jepara-Bumi Kartini, 24 Februari 2017                               

0 komentar:

Posting Komentar