Oleh : Ella Sofa
Setiap tanggal 17 Agustus, kita memperingati
Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang kita cintai. Dalam
benak kita sebagai generasi penerus bangsa adalah hasil jerih payah, memperjuangkan
dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia oleh para pahlawan dan proklamator
bangsa ini. Apa sebetulnya makna dan tujuan kita mengadakan peringatan hari
kemerdekaan itu?
Pertama, untuk mendoakan para pahlawan kita.
Kedua, adalah untuk mengenang pengorbanan
mereka.
Ketiga, ini sebetulnya yang paling penting,
bagaimana kita dapat menimba teladan hidup dari mereka. Ibarat mercusuar di
tepi laut, yang menjadi pedoman bagi semua nelayan, para pahlawan itu adalah
penunjuk arah yang jelas bagi kehidupan kita, sekarang dan masa depan yang
penuh tantangan dan harapan. Inspirasi apakah yang diwariskannya? Inspirasi dan
nilai-nilai yang dapat kita ambil dari peristiwa menjelang detik-detik
kemerdekaan Republik Indonesia.
Pertama, adalah cita-cita yang jelas.
Cita-cita para pahlawan yaitu kemerdekaan
bangsa Indonesia. Pembebasan ibu pertiwi dari penjajahan bangsa asing. Ini
adalah cita-cita besar, cita-cita pribadi atau golongan tertentu. Bung Karno
sebagai proklamator mengatakan supaya kita menggantungkan cita-cita setinggi
langit. Cita-cita membuat kita bangun lebih pagi, membuat kita tahan lebih lama
bekerja, di kota-kota besar bahkan terjadi tahan bekerja di bawah terik
matahari, berdesak-desakan dalam bus untuk menemui nasabah atau calon
pelanggan, bekerja sampai larut malam, di kantor, jika memang ada pekerjaan
yang mendesak.
Kalau anak-anak ditanya, ”Mau jadi apa ketika
sudah besar?” mereka menjawab, “Mau jadi dokter, perawat, pilot, atau
pramugari.” Tidak ada yang menjawab ingin jadi pahlawan, karena pahlawan bukan
pekerjaan, tetapi pahlawan adalah sebuah panggilan. Bila kita mengerjakan
tugas-tugas bagai suatu panggilan, mengerjakannya dengan sepenuh hati, dengan
rasa cinta, maka kita pun telah menjadi pahlawan dalam lingkungan kita.
Setiap zaman sebenarnya menyediakan tantangan
dan kesempatan bagi setiap orang untuk melakukan tindakan-tindakan besar,
tindakan-tindakan bermakna, yaitu bila ia bekerja tidak hanya bagi dirinya
sendiri, tetapi juga bagi kebaikan orang lain, dan untuk kepentingan orang banyak.
Kedua, adalah Semangat Pantang Menyerah.
Bila kita memiliki cita-cita yang jelas,
tantangan atau godaan apa pun tidak akan menggoyahkan kita. Kita tidak akan
menyerah dengan mudah. Misalkan sebuah ilustrasi Columbus, “Setelah sebulan
berlayar, anak buah Columbus sudah putus asa. Pulau yang diimpikan belum juga
kelihatan. Mereka terus mendesak Columbus untuk kembali ke Spanyol. Tetapi
setiap kali didesak, Columbus menjawab, “Ayo kita teruskan sedikit lagi.” Dan
seterusnya kita tahu. Columbus dianggap menemukan benua Amerika, sekalipun
benua ini sebelumnya sudah ditemukan dan dihuni oleh orang-orang Indian. Yang
jelas, inilah hasil sebuah cita-cita besar yang diikuti dengan semangat pantang
menyerah.
Jadi jangan mudah menyerah. Bila kita terus
berjalan menuju ke arah cita-cita, pada suatu saat kita akan sampai di tempat
tujuan. Seringkali hal itu terjadi justru pada saat kita sudah ada di ujung
putus asa.
Ketiga, adalah Keberanian
Bung
Karno dan kawan-kawanya pastilah bukan orang-orang pengecut. Beberapa kali
dibuang oleh kolonial Belanda, tetapi beliau dan kawan-kawanya tidak pernah
putus asa, dan tidak mau menempuh jalan aman dan penakut. Mereka dengan sadar
memilih jalan sulit dan berbahaya. Mereka memilih menempuh jalan yang jarang
dilalui. A road less traveled, kata
penyair Robert prost. Mereka adalah para pemberani.
Ini perlu kita kita teladani sebagai generasi
penerus bangsa dalam menjalani hidup ini. Cita-cita yang cemerlang seringkali
gagal karena kita tidak memiliki keberanian untuk mewujudkannya. Kita takut
untuk memulai, kita takut untuk mengambil resiko, kita takut gagal. Semua rasa
takut itu melumpuhkan kita.
“Jika Anda memiliki keinginan, laksanakanlah.
Keberanian memiliki kejeniusan sendiri.” Jelasnya kepandaian itu akan timbul
bila kita memiliki keberanian. Keberhasilan hanya buat mereka yang berani.
Dunia ini adalah untuk orang-orang pemberani.
Keempat, adalah Semangat Berkorban.
Tidak ada yang gratis di bawah matahari.
Demikian semboyan orang-orang bisnis. Saya kira semboyan itu benar sekali. Apa pun
yang kita lakukan perlu pengorbanan. Bahkan kalau kita tidak melakukan apa-apa,
kita juga telah mengorbankan sesuatu yaitu kesempatan. Hidup ini memang
menuntut pengorbanan.
“Pengorbanan adalah sebuah kata yang indah dan
dinamis. Karena itu perkembangan pengetahuan dan pengalaman dengan perubahan
waktu identik dengan pengorbanan yaitu berubah dan berkembang. Setiap tindakan
pengorbanan adalah pelayanan. Prinsip-prinsip pengorbanan adalah satu hal dan
praktik-praktik yang didasarkan atas agama atau hal yang lain. Prinsip-prinsip
ini adalah mutlak dan tak terpengaruh oleh ruang dan waktu. Seiring dengan
perubahan, maka setiap zaman memiliki cara berkorban sendiri dan mempunyai
kekhasan sendiri pula.
Bangga Sebagai Bangsa Indonesia.
Kalau kita cermati dan hayati ketika kita
berziarah ke taman makam pahlawan, di sana kita jumpai nama yang terukir indah,
mungkin bisa jadi nama orang itu berasal dari daerah kita. Kita akan bangga
membaca nama mereka. Para pahlawan yang gagah perkasa telah mengorbankan jiwa
dan raganya demi tanah air, demi kita generasi penerus, dan ini membuat kita
bangga.
Karena pengorbanan mereka, kita bukanlah
penumpang gelap, bukan penumpang gratis (free
riders) di dalam Negara dan bangsa Indonesia ini. Kita sama-sama memiliki
andil dalam Negara ini. Karena itu kita sebagai kaum muda penerus bangsa juga
ikut memiliki hak untuk menentukan arah ke mana negara ini hendak dibawa.
Dengan bekal cita-cita, keberanian, semangat
pantang menyerah, dan kemauan untuk berkorban di abad ke 21. Suatu milenium
baru yang penuh dengan tantangan. Satu dunia baru yang berani. “A brave new World.” Kaum muda wajib
merenungkan untaian kata berikut : “Tiada pengorbanan yang sia-sia, Tiada
rintangan yang tak dapat diatasi. Walaupun sedikit dari pelayanan ini, akan
membebaskan kita dari cengkraman penderitaan. Wallahu a’lam.
Dikutip dari IQRO CLUB KEMAYORAN (Saz)
0 komentar:
Posting Komentar